Wednesday, June 27, 2012

Good People Good Leader

Leader Insight#3: Good People Good Leader

Hore!
Hari Baru, Teman-teman.

Kita semua sudah mengetahui jika kepemimpinan itu berkaitan dengan usaha mencapai suatu tujuan melalui pengelolaan orang lain. Oleh karenanya, kinerja kepemimpinan sangat ditentukan oleh kinerja orang lain. Di sisi lain, kita juga menyadari bahwa ketika kita menggantungkan segala sesuatu kepada kinerja orang lain maka itu hampir sama artinya dengan menyerahkan control kepada orang lain. Jika orang lain melakukannya dengan baik, maka kinerja kita akan baik. Sebaliknya jika orang lain mengerjakannya dengan buruk, maka buruk pulalah hasil akhir dari pekerjaan kita. Makanya, tidak heran jika banyak pemimpin yang memilih untuk ‘mengerjakan sendiri’, karena tidak bisa mengandalkan anak buahnya menuntaskan pekerjaan penting.

Sekarang, kita dihadapkan pada dua pilihan. Satu, mempercayakan pekerjaan penting kepada orang-orang yang kita pimpin dengan resiko keberhasilan akhirnya terletak pada ‘tangan mereka’. Dua, mengerjakannya sendiri dengan resiko kita terlibat dalam sedemikian banyaknya pekerjaan teknis. Tampaknya ini bukanlah pilihan yang selalu mudah. Buktinya, banyak atasan yang kesal karena tidak puas dengan kinerja bawahannya. Dan. Banyak juga atasan yang menghabiskan lebih banyak energy dan waktunya untuk melakukan hal-hal teknis ketimbang berfokus pada aspek-aspek strategis.

Pilihan nomor 2, hanya cocok untuk kondisi kritis. Misalnya, ketika pekerjaan mesti segera selesai padahal anak buah kita belum mampu menyelesaikannya. Pada saat itu, seorang pemimpin mesti turut menyingsingkan lengan baju. Namun – sekali lagi – hanya pada situasi kritis. Pada kondisi normal, seorang leader mesti mampu mengijinkan anak buahnya untuk mengatasi pekerjaan hariannya dengan sebaik-baiknya. Masalahnya, mereka belum bisa melakukan pekerjaan sehingga sang pemimpin belum bisa tenang hati tanpa campur tanganya. What should we do then?

Melatih dan mengembangkan mereka, sampai mereka benar-benar bisa ‘dilepas’ untuk bisa menangani pekerjaan secara mandiri dan berkualitas tinggi. Itulah jawaban dari pertanyaan tadi. Mari perhatikan kembali jawaban diatas. Jika kita cermati, ada tiga aspek penting yang terkandung didalamnya. Jika kita bisa memberikan perhatian kepada ke-3 aspek itu, maka kita akan bisa menjalankan roda kepemimpinan dengan lebih baik lagi. Apa sajakah ke-3 aspek itu? Mari kita bahas satu persatu.

Pertama, melatih. Practice makes perfect. Latihan itu membuat kita semakin terampil mengerjakannya. Makanya, jika seseorang belum juga mampu mengerjakan tugasnya dengan baik, maka kemungkinan besar orang itu tidak cukup melakukan latihan. Banyak lho, pemimpinan yang menuntut anak buahnya untuk bekerja dengan baik tapi tidak memberikan kesempatan untuk berlatih. Jika Anda rajin memberikan latihan  kepada anak buah Anda misalnya, hasilnya tentu akan berbeda dengan orang lain yang jarang – apalagi tidak pernah – melatih anak buahnya. Rajin-rajinlah melatih anak buah Anda. Maka mereka akan semakin terampil dalam bekerja.

Kedua, mengembangkan. Apa sih masalahnya dengan pengembangan? Masalahnya adalah; kita sering sudah merasa cukup jika anak buah kita sudah bisa mencapai target. Bahkan ada guyonan umum seperti ini;”Kalau target elo tercapai, tenang aja. Elo nggak bakal diusik-usik!” Tentu bagus jika team kerja kita bisa mencapai target. Namun, hati-hati dengan efek samping. Oh, apakah keberhasilan punya efek samping? Tentu. Efek samping itu bernama; cepat merasa puas. Kita sudah puas dengan tercapainya target. Padahal boleh jadi, kemampuan kita yang sesungguhnya masih jauh diatas itu. Tapi karena semua sudah tercapai, maka kita tidak mendayagunakan kemampuan yang belum terpakai itu. Disinilah fungsi penting seorang pemimpin dalam mengembangkan anak buahnya. Sebab, pencapaian target hanya akan menjadikan team kita rata-rata. Tetapi pengembangan, menjadikan mereka orang-orang yang unggul.

Ketiga, kemandirian. Nilai kepemimpinan seseorang tidak diukur dari seberapa efektifnya suatu team kerja ketika atasannya sedang berada ditempat. Justru ketika atasannya sedang tidak ditempat; apakah team kerja itu masih efektif atau tidak. Mudah untuk menemukan team kerja yang bagus jika ditongkrongi oleh atasannya. Tetapi, team kerja yang bisa dipercaya. Memegang amanah pekerjaan. Menegakkan kedisiplinan di lingkungan mereka, sekalipun atasannya sedang tidak ada; ini masih sangat langka. Bisakah kita membangun asas kemandirian itu? Inilah salah satu ujian tertinggi dalam karir kepemimpinan seseorang.

Bagaimana dengan kualitas tinggi? Itu bukan prasyarat. Melainkan hasil yang bisa didapat seorang pemimpin yang mempunyai keterampilan memimpin yang tinggi. Singkatnya, kita bisa mengukur kualitas kepemimpin kita dengan 3 hal. Yaitu; bagaimana kita melatih anak buah kita, bagaimana kita mengembangkan mereka, dan bagaimana kita membangun kemandirian setiap anggota team. Mengapa demikian? Karena orang-orang yang hebat dalam sebuah team kerja, berkorelasi langsung dengan orang yang memimpin mereka. Jika hanya ada satu orang bagus dalam team itu, mungkin dia sendirilah yang memacu dirinya sendiri. Tapi jika semua anggota team itu bagus, maka jelas sekali jika pemimpinnya, memimpin dengan cara yang bagus. Jenis pemimpin seperti inilah yang akan bangga ketika ditanya; “Apa yang Engkau lakukan selama memimpin di dunia, wahai hamba-Ku?” Lalu jawabnya; “Lihatlah orang-orang yang bagus itu, Tuhanku. Itulah hasil karyaku selama aku memimpin mereka…..”

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!

Pertanyaan....

Pertanyaan(?)

Oleh : Made Teddy Artiana, S. Kom
CMO Kairos System & Technology




Pepatah bijak berkata : "Orang yang bertanya akan mendapatkan jawabannya".

Sepintas ini menggembirakan kita. Betapa tidak, hidup ini begitu sering mengundang berbagai pertanyaan. Dan pertanyaan yang terjawab, laksana botol yang bertemu tutupnya, atau garukan pada area GATAL yang tepat.

Namun demikian, ternyata tidak semua pertanyaan mendapat jawaban menyenangkan. Seringkali jawaban justru menjadi bumerang buat sang penanya. Teristimewa jika pertanyaan yang terlontar tidak bersifat MEMBERDAYAKAN.

"Mengapa presentasiku selalu gagal ya?"
"Mengapa aku tidak sukses?"
"Mengapa nasibku seperti ini?"
Dsb

Hanya sebagian contoh pertanyaan yang salah, yang bahkan ketika dijawab..tidak mengeluarkan kita pada kondisi lama.

"Bagaimana caranya presentasiku menjadi lebih memikat?"
"Bagaimana agar aku bisa sukses diusia muda?"
"Bagaimana cara mengubah keadaanku menjadi lebih baik?"

Tentu sederetan pertanyaan yang ketika dijawab, membuat kita jadi lebih baik.

PERTANYAAN dapat dipakai untuk lebih membumikan alias menambah daya cengkram dan peluang untuk MEWUJUD.

"Bagaimana caranya supaya aku punya uang lebih?"
"Bagaimana caranya supaya aku lebih langsing?"

Tentu punya pengaruh berbeda dengan..

"Bagaimana caranya supaya aku mendapat tambahan penghasilan Rp. 10 jt perbulan?"
"Bagaiman caranya supaya berat badanku berkurang 3 kg bulan ini?"

Selain itu, ternyata PERTANYAAN punya sebuah aturan yang unik : Siapa yang bertanya, ia yang memegang kendali.

Sebagian besar dari kita tentu ingat saat2 dimana kita mempertanggungjawabkan skripsi atau thesis atau karya ilmiah dihadapan team penguji. Siapa yang bertanya? Siapa yang memegang kendali?

Atau ketika dalam sebuah peristiwa pengusutan, baik di meja hijau atau dimanapun. Siapa yang bertanya? Siapa yang memegang kendali?

Sehingga otomatis akan terlihat demikian lucu jika seorang marketer terus berbicara tanpa henti (sambil merasa pandai) atau sibuk menjawab pertanyaan2 prospek..tanpa bisa balik bertanya (dengan cerdas) kepada prospeknya. Padahal dia yang bertanya memegang KENDALI. 

Tidak percaya? 
Silakan coba dan RASAKAN sendiri akibat dahsyat pertanyaan-pertanyaan Anda ;)

(*)

Sales Tips-Libur Telah Tiba

Pak Anto seorang supir mobil angkot sangat bersemangat dalam mengejar setoran. Saking semangatnya kadang ia memaksa mobilnya hingga berlebihan diluar ambang batas kewajaran.

Namun ironisnya setelah beberapa tahun hal ini berlangsung mobil angkotnya menjadi rusak parah, harus masuk bengkel dan memakan biaya yang sangat besar.Selain itu pak Anto jadi tidak bisa narik mobil dlm waktu yang cukup lama.

Sama seperti pak Anto, banyak dari Sales yang bekerja keras mengejar target bahkan hingga sering pulang larut malam. Akibatnya seringkali lupa untuk beristirahat, jaga kesehatan dan kurang waktu untuk keluarga.

Kalau hal ini terus berlanjut dalam waktu 2-3 tahun ke depan kira2 apa yang akan terjadi? Pastinya kesehatan akan menurun dan bukan tidak mungkin hub anda dan anak-anak menjadi kurang "dekat" karena tidak adanya waktu yang anda sediakan buat mereka.

Anda tentunya tak ingin hal ini terjadi. Mencapai target itu penting tapi menjaga kesehatan dan keluarga juga tidak kalah pentingnya.

Jadi tidak ada salahnya satu waktu anda mengambil cuti untuk pergi berlibur bersama keluarga. Selain bagus untuk hubungan anda dengan anak, liburan juga bagus untuk menghilangkan kepenatan dalam bekerja.

Jadi yuk nikmati liburan bersama keluarga.

Note : Tulisan ini ada dibuku “Setiap Orang Sales Harus Punya Mindset dan Attitude Juara ini!” halaman 86

Wednesday, February 1, 2012

Skrip Service-tentang bagi hasil

Bank xx Syariah melakukan perhitungan bagi hasil dengan menggunakan konsep bagi pendapatan atau revenue sharing. Artinya semua pendapatan akan dibagikan sesuai kontribusi investasi nasabah dan kesepakatan porsi keuntungan atau nisbah yang diperjanjkan di akad. Sebagai contoh, apabila bapak menginvestasikan dana 10 juta rupiah di Bank xx Syariah, selama jangka waktu 1 bulan, dengan kesepakatan nisbah 60% nasabah dan 40% bank, maka Bank xx syariah akan mengelola dana yang Bapak amanahkan sesuai ketentuan syariah. Setelah 1 bulan, kami akan menghitung berapa pendapatan bank dan berapa kontribusi investasi Bapak terhadap keseluruhan pendapatan Bank xx syariah. Berdasarkan perhitungan tersebut, kita akan mendapatkan nilai prosentase tingkat keuntungan investasi Bapak yang disetahunkan atau sering disebut equivalent rate. Misalkan didapatkan ekuivalent rate yang didapatkan adalah 6%, maka nilai bagi hasil yang Bapak dapatkan adalah 6% x 10 juta x 1/12. Nilai bagi hasil dalam rupiah ini akan didapatkan di akhir periode investasi, sementara di awal yang disepakati adalah nisbah. Dengan metode bagi hasil ini maka apabila bank keuntungannya tinggi, bank dapat memberikan bagi hasil lebih tinggi sesuai tingkat keuntungannya, namun sebaliknya jika bank kurang sehat akan tercermin dari turunnya bagi hasil yg didapatkan nasabah. Berbeda dengan bunga, nilai rupiah sudah diketahui di awal dengan prosentase atas uang yang disimpan tanpa menghitung keuntungan yang didapatkan bank. Walaupun tampaknya bagi nasabah lebih tidak berisiko, namun sesungguhnya nasabah tidak mengetahui kapan bank tersebut kurang sehat dan nasabah tidak mendapatkan keuntungan lebih jika bank mendapatkan untung lebih banyak.

Skrip service-bagi hasil dan bunga

Bunga berbeda dengan bagi hasil. Bagi hasil dalam produk investasi bank syariah adalah hasil atas pengelolaan dana oleh bank sebagai pengelola dana.yang dibagikan kepada nasabah sebagai penanam modal atau investor. Karenanya nasabah dengan bank akan menyepakati bagi hasil atau nisbahnya. Misalnya atas Rp 1 juta keuntungan yang didapat dari pengelolaan dana disepakati nasabah berhak mendapatkan 60% dan hak bank 40%. Dengan pola ini keuntungan nasabah akan meningkat terus sejalan dengan pertumbuhan Bank xx Syariah. Terkait dengan biaya-biaya dan kerugian dalam pengelolaan dana, nasabah tidak akan dirugikan apapun, karena sementara ini kami menggunakan prinsip bagi pendapatan atau seluruhnya akan ditanggung Bank xx Syariah. Berbeda dengan Bunga atau riba menjadikan uang sebagai komoditas atau barang yang diperdagangkan, sehingga pendapatannya cenderung tetap dan tidak transparan. Sistem bunga juga menjadikan kesehatan bank kurang cukup diketahui oleh nasabah, bahkan tingginya bunga justru sering mengindikasikan ketidaksehatan sebuah bank

Skrip jawaban service-apakah bank syariah

Bank xx Syariah adalah bank umum syariah yang menjalankan prinsip syariah dalam kegiatan perbankannya. Prinsip syariah adalah kami mengedepankan kemitraan yang bersama-sama menguntungkan nasabah dengan bank atau fallah serta menggunakan prinsip antara lain bagi hasil atau mudharabah, titipan atau wadiah, prinsip jual beli atau murabahah dan prinsip sewa-menyewa atau ijarah serta prinsip-prinsip lain yang sesuai syariah. Karenanya bank xx syariah dalam aktivitasnya tidak menjadikan uang sebagai komoditas, tidak menggunakan prinsip bunga atau riba dan tidak ada unsur ketidakjelasan serta judi atau gharar atau maysir Selain itu Bank xx syariah juga selalu melakukan pengelolaan dana pada industri yang tidak dilarang oleh syariah Islam. Industri yang dilarang tersebut antara lain industri rokok, industri maksiat dan minuman keras Untuk menjamin pelaksanaan prinsip syariah, kami diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah atau DPS yang dipilih oleh Majelis ulama Indonesia atau MUI. Ketua DPS kami adalah Bpk xxx

Friday, January 6, 2012

Proses bagi Hasil Perbankan Syariah

Proses bagi hasil adalah proses yang krusial dalam sistem operasional perbankan syariah dan menjadi proses pembeda dengan perbankan konvensional. File ini adalah materi terkait dengan proses bagi hasil Proses Bagi Hasil

Tuesday, January 3, 2012

AKSELERASI BISNIS MELALUI PEMBELAJARAN MANDIRI DENGAN BLENDED LEARNING



Sudah sering kita mendengar istilah Blended Learning dalam berbagai kesempatan. Terminologi ini bahkan telah digunakan dalam satu dekade terakhir yang diawarnai dengan perhatian dan ketertarikan yang tinggi di dunia industri dan akademis. The American Society for Training and Development bahkan menyimpulkan bahwa blended learning adalah salah satu dari top ten trend dalam pengembangan industri knowledge delivery (Rooney, 2003). Pada tahun 2002, The Chronicle of Higher Education mengutip pernyataan the president of Pennsylvania State University bahwa “ the convergence between online and residential instruction was “the single-greatest unrecognized trend in higher education today” (Young, 2002). Bahkan dinyatakan dalam referensi yang sama bahwa ke depannya pendidikan yang menggunakan metode hybrid (blended) learning dapat mencapai 80-90% dari seluruh proses pembelajaran.

Pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah yang dimaksud dengan blended learning dan apa yang di blended ? mesikipun banyak tanggapan atas pertanyaan ini, terdapat 3 (tiga) hal yang paling sering disebut (Graham, Allen, and Ure, 2003) :
1.    Kombinasi alat instruksi
2.    Komibinasi media instruksi
3.    Kombinasi on line dan teknik instruksi tatap muka
Sehingga bisa disimpulkan bahwa blended learning adalah kombinasi antara instruksi tatap muka dan instruksi yang dimediasi oleh komputer (Handbook of Bleanded Learning)

Dengan kombinasi di atas, maka dalam era teknologi informasi, setiap perusahaan yang merencanakan atau bahkan tengah mengimplementasikan konsep ini sangat mengharapkan manfaat dan keuntungan yang signifikan dari pilihan tersebut. Manfaat dan keuntungan yang paling sering disebutkan,diantaranya adalah: penghematan biaya pelatihan (training cost) sampai dengan lebih dari 70%, peningkatan akses belajar karyawan (terutama dari aspek geografis), serta pengembangan budaya belajar mandiri (self learning).

Walaupun di satu sisi blended learning menghadapi tantangan psikologis dari peserta yang tidak terbiasa belajar secara on line dan mandiri, manfaat serta keuntungan di atas memperkuat penyedia konsep ini memilih untuk menghadapi tantangannya. Kenyataannya, tidak sedikit memang lembaga yang berhasil mendapatkan manfaat dan keuntungan tersebut, seperti Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, IBM, Petronas, Cingular Wireless, Giant B&Q, Century 21, Cuna, Shell EP, dan banyak lagi lembaga terkenal. Demikian pula dengan perbankan di Indonesia yang memiliki jaringan luas di Indonesia, seperti Bank BRISyariah, telah melakukan implementasi dan memanfaatkan blended learning dalam strategi pembelajarannya.

Dengan segala manfaatnya,  berbagai perusahaan pun berlomba-lomba merencanakan implementasi e-learning untuk mencapai keunggulan kompetitif secara cepat. Namun demikian melihat pengalaman, perlu diperhatikan bahwa untuk menghindari berbagai kendala dan kegagalan, implementasi harus dilakukan dengan menggunakan metode system development Life cycle (SDLC) yang integratif dan komprehensif. Proses pengembangan dan User Acceptance Test harus dilakukan dengan perencanaan yang matang, memperhatikan filosofi dan psikologi andragogi untuk memastikan tercapainya tujuan pelatihan.

Dalam mencapai manfaat yang diharapkan dari proses blended learning, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh elemen perusahaan. Sebaran unit kerja di seluruh Indonesia mengharuskan seluruh karyawan menyadari bahwa pembelajaran dengan cara konvensional tidak lagi efektif dan efisien. Dibutuhkan cara-cara baru yang membutuhkan semangat belajar mandiri melalui konsep blended learning. Suatu konsep yang  sudah teruji di banyak lembaga dan perusahaan kelas dunia.

Menumbuhkembangkan semangat pembelajaran untuk memenuhi kompetensi adalah kewajiban setiap orang. Sebagai bagian dari nilai-nilai budaya kerja maka upaya pembelajaran ini merupakan bagian integral dari manajemen kinerja . Dengan metode belajar mandiri menggunakan blended learning maka upaya akselerasi dalam mencapai visi dan misi perusahaan dapat segera diwujudkan.

Profesional Sebagai Salah Satu Ajaran Islam (Dimuat dalam Majalah Syiar BRISyariah)

Dalam Al Quran surat al-Qashash (surat 28) ayat 26, terdapat suatu kisah yang sangat menarik, ketika putri Nabi Syu’aib memohon kepada ayahandanya agar berkenan mempekerjakan Musa AS sebagai sosok profesional muda yang profesional (qawi’). ”Wahai ayahandaku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada perusahaan kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang qawi’.” Dijelaskan dalam surat tersebut bahwa ada dua faktor kunci profesional yang melekat pada diri Musa AS dalam mengelola bisnis yang diamanahkan kepadanya, yaitu kejujuran dan keahliannya.

Banyak contoh lain mengenai nilai-nilai profesional yang dicontohkan Rasulullah dan para sahabat. Kita dapati Rasulullah yang mulia pernah memilih Mu’adz bin Jabbal menjadi gubernur Yaman, karena leadership-nya yang baik, kecerdasan dan akhlaknya. Beliau memilih Umar mengatur sedekah karena adil dan tegasnya, memilih Khalid bin Walid menjadi panglima karena kemahirannya dalam berperang, memilih Bilal menjaga Baitulmal karena amanah dan kelihaiannya dalam mengurus, memilih Anis sebagai eksekutor dalam hukuman karena kemampuan fisiknya, begitu seterusnya. Namun, beliau menolak Abu Dzar, karena selain fisiknya lemah, juga tidak memiliki leadership yang baik. Padahal siapa yang menyangsikan ke sholehan Abu Dzar dari kalangan sahabat Nabi. Tentu, penempatan ini tidak didasari lobi karena politik, uang, keluarga, apalagi sukuisme. Semuanya atas dasar profesionalisme.

Menurut Wikipedia, Profesional ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya ter­dapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional. Profesional bermakna berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi, profesional adalah tingkah laku, kepakaran atau kualitas dari seseorang yang profesional (Longman, 1987)

.Dalam hal kejujuran, Syekh Yusuf Al Qardhawi dalam bukunya Musykilah al-Faqr wa Kaifa ‘alaa Jahala al-Islam, mengatakan kejujuran merupakan puncak moralitas iman dan karakteristik yang paling menonjol dari orang-orang beriman. Tanpa kejujuran, agama tidak akan berdiri tegak dan kehidupan dunia tidak akan berjalan baik. Karena itu, mengelola bisnis secara jujur merupakan pancaran dari nilai iman yang dimiliki seorang pebisnis. Ia tidak biasa berdusta, apalagi memanipulasi laporan. Ia juga tidak melakukan kolusi, memberi suap, KKN, dan segala macam penyimpangan lainnya, karena ini merupakan pancaran nilai-nilai kejujuran. Dalam sebuah hadits Tirmidzi, Nabi bersabda, ”Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya (amanah) adalah bersama para Nabi, Orang-orang yang membenarkan risalah Nabi saw (shiddiqin), dan para Syuhada (orang yang mati syahid).”

Karakteristik selanjutnya tentang profesionalisme Islami adalah menempatkan seseorang benar-benar sesuai dengan keahlinya. Allah berfirman, ”Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu untuk memberikan wewenang (amanah) kepada ahlinya.” (an-Nisa: 58). Nabi dalam hadits Bukhari, bahkan lebih jelas tentang hal ini, ”Apabila urusan (manajemen) diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.”

BRISyariah adalah bank yang mengedepankan karakter profesional sebagai salah satu nilai dari 7 nilai budaya kerja dengan definisi Kesungguhan dalam melakukan tugas sesuai dengan standar teknis dan etika yang telah ditentukan. Terdapat masing-masing 7 do’s dan 7 don’ts yang merupakan apabila kita jabarkan maka akan sangat sesuai dengan kriteria carácter profesional pada ayat Al Qur’an di atas, atau dengan kata lain seorang karyawan BRISyariah dituntut harus mampu mengelola tanggung jawab yang diserahkan oleh perusahaan kepadanya dengan profesional. Pengelolaan profesional antara lain juga bermakna antara lain. kedisplinan, kekompakan, tahu betul apa yang dikerjakan, tepat tempat, tepat waktu dan tepat sasaran.

Dalam membentuk dan membangun karakter profesional yang kuat, BRISyariah melakukan berbagai upaya semenjak seorang karyawan bergabung ke BRISyariah. Diawali dengan program induksi karyawan selama 5 hari yang selain diisi pengetahuan dasar yang wajib dimiliki oleh seorang karyawan, juga diisi penempaan kepemimpinan, disiplin, mental dan fisik karyawan yang diselenggaran bekerjasama dengan program bela negara di lembaga pelatihan TNI/Polri. Selanjutnya karyawan akan selalu ditingkatkan karakter profesional nya  melalui kegiatan di unit kerjanya, kegiatan pelatihan dan kegiatan pemberian penghargaan. Semua upaya tersebut dilakukan secara komprehensif agar seorang karyawan dapat memberikan yang terbaik bagi perusahaan dan dalam rangka mewujudkan visi dan misi BRISyariah.