Wednesday, June 27, 2012

Good People Good Leader

Leader Insight#3: Good People Good Leader

Hore!
Hari Baru, Teman-teman.

Kita semua sudah mengetahui jika kepemimpinan itu berkaitan dengan usaha mencapai suatu tujuan melalui pengelolaan orang lain. Oleh karenanya, kinerja kepemimpinan sangat ditentukan oleh kinerja orang lain. Di sisi lain, kita juga menyadari bahwa ketika kita menggantungkan segala sesuatu kepada kinerja orang lain maka itu hampir sama artinya dengan menyerahkan control kepada orang lain. Jika orang lain melakukannya dengan baik, maka kinerja kita akan baik. Sebaliknya jika orang lain mengerjakannya dengan buruk, maka buruk pulalah hasil akhir dari pekerjaan kita. Makanya, tidak heran jika banyak pemimpin yang memilih untuk ‘mengerjakan sendiri’, karena tidak bisa mengandalkan anak buahnya menuntaskan pekerjaan penting.

Sekarang, kita dihadapkan pada dua pilihan. Satu, mempercayakan pekerjaan penting kepada orang-orang yang kita pimpin dengan resiko keberhasilan akhirnya terletak pada ‘tangan mereka’. Dua, mengerjakannya sendiri dengan resiko kita terlibat dalam sedemikian banyaknya pekerjaan teknis. Tampaknya ini bukanlah pilihan yang selalu mudah. Buktinya, banyak atasan yang kesal karena tidak puas dengan kinerja bawahannya. Dan. Banyak juga atasan yang menghabiskan lebih banyak energy dan waktunya untuk melakukan hal-hal teknis ketimbang berfokus pada aspek-aspek strategis.

Pilihan nomor 2, hanya cocok untuk kondisi kritis. Misalnya, ketika pekerjaan mesti segera selesai padahal anak buah kita belum mampu menyelesaikannya. Pada saat itu, seorang pemimpin mesti turut menyingsingkan lengan baju. Namun – sekali lagi – hanya pada situasi kritis. Pada kondisi normal, seorang leader mesti mampu mengijinkan anak buahnya untuk mengatasi pekerjaan hariannya dengan sebaik-baiknya. Masalahnya, mereka belum bisa melakukan pekerjaan sehingga sang pemimpin belum bisa tenang hati tanpa campur tanganya. What should we do then?

Melatih dan mengembangkan mereka, sampai mereka benar-benar bisa ‘dilepas’ untuk bisa menangani pekerjaan secara mandiri dan berkualitas tinggi. Itulah jawaban dari pertanyaan tadi. Mari perhatikan kembali jawaban diatas. Jika kita cermati, ada tiga aspek penting yang terkandung didalamnya. Jika kita bisa memberikan perhatian kepada ke-3 aspek itu, maka kita akan bisa menjalankan roda kepemimpinan dengan lebih baik lagi. Apa sajakah ke-3 aspek itu? Mari kita bahas satu persatu.

Pertama, melatih. Practice makes perfect. Latihan itu membuat kita semakin terampil mengerjakannya. Makanya, jika seseorang belum juga mampu mengerjakan tugasnya dengan baik, maka kemungkinan besar orang itu tidak cukup melakukan latihan. Banyak lho, pemimpinan yang menuntut anak buahnya untuk bekerja dengan baik tapi tidak memberikan kesempatan untuk berlatih. Jika Anda rajin memberikan latihan  kepada anak buah Anda misalnya, hasilnya tentu akan berbeda dengan orang lain yang jarang – apalagi tidak pernah – melatih anak buahnya. Rajin-rajinlah melatih anak buah Anda. Maka mereka akan semakin terampil dalam bekerja.

Kedua, mengembangkan. Apa sih masalahnya dengan pengembangan? Masalahnya adalah; kita sering sudah merasa cukup jika anak buah kita sudah bisa mencapai target. Bahkan ada guyonan umum seperti ini;”Kalau target elo tercapai, tenang aja. Elo nggak bakal diusik-usik!” Tentu bagus jika team kerja kita bisa mencapai target. Namun, hati-hati dengan efek samping. Oh, apakah keberhasilan punya efek samping? Tentu. Efek samping itu bernama; cepat merasa puas. Kita sudah puas dengan tercapainya target. Padahal boleh jadi, kemampuan kita yang sesungguhnya masih jauh diatas itu. Tapi karena semua sudah tercapai, maka kita tidak mendayagunakan kemampuan yang belum terpakai itu. Disinilah fungsi penting seorang pemimpin dalam mengembangkan anak buahnya. Sebab, pencapaian target hanya akan menjadikan team kita rata-rata. Tetapi pengembangan, menjadikan mereka orang-orang yang unggul.

Ketiga, kemandirian. Nilai kepemimpinan seseorang tidak diukur dari seberapa efektifnya suatu team kerja ketika atasannya sedang berada ditempat. Justru ketika atasannya sedang tidak ditempat; apakah team kerja itu masih efektif atau tidak. Mudah untuk menemukan team kerja yang bagus jika ditongkrongi oleh atasannya. Tetapi, team kerja yang bisa dipercaya. Memegang amanah pekerjaan. Menegakkan kedisiplinan di lingkungan mereka, sekalipun atasannya sedang tidak ada; ini masih sangat langka. Bisakah kita membangun asas kemandirian itu? Inilah salah satu ujian tertinggi dalam karir kepemimpinan seseorang.

Bagaimana dengan kualitas tinggi? Itu bukan prasyarat. Melainkan hasil yang bisa didapat seorang pemimpin yang mempunyai keterampilan memimpin yang tinggi. Singkatnya, kita bisa mengukur kualitas kepemimpin kita dengan 3 hal. Yaitu; bagaimana kita melatih anak buah kita, bagaimana kita mengembangkan mereka, dan bagaimana kita membangun kemandirian setiap anggota team. Mengapa demikian? Karena orang-orang yang hebat dalam sebuah team kerja, berkorelasi langsung dengan orang yang memimpin mereka. Jika hanya ada satu orang bagus dalam team itu, mungkin dia sendirilah yang memacu dirinya sendiri. Tapi jika semua anggota team itu bagus, maka jelas sekali jika pemimpinnya, memimpin dengan cara yang bagus. Jenis pemimpin seperti inilah yang akan bangga ketika ditanya; “Apa yang Engkau lakukan selama memimpin di dunia, wahai hamba-Ku?” Lalu jawabnya; “Lihatlah orang-orang yang bagus itu, Tuhanku. Itulah hasil karyaku selama aku memimpin mereka…..”

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!

Pertanyaan....

Pertanyaan(?)

Oleh : Made Teddy Artiana, S. Kom
CMO Kairos System & Technology




Pepatah bijak berkata : "Orang yang bertanya akan mendapatkan jawabannya".

Sepintas ini menggembirakan kita. Betapa tidak, hidup ini begitu sering mengundang berbagai pertanyaan. Dan pertanyaan yang terjawab, laksana botol yang bertemu tutupnya, atau garukan pada area GATAL yang tepat.

Namun demikian, ternyata tidak semua pertanyaan mendapat jawaban menyenangkan. Seringkali jawaban justru menjadi bumerang buat sang penanya. Teristimewa jika pertanyaan yang terlontar tidak bersifat MEMBERDAYAKAN.

"Mengapa presentasiku selalu gagal ya?"
"Mengapa aku tidak sukses?"
"Mengapa nasibku seperti ini?"
Dsb

Hanya sebagian contoh pertanyaan yang salah, yang bahkan ketika dijawab..tidak mengeluarkan kita pada kondisi lama.

"Bagaimana caranya presentasiku menjadi lebih memikat?"
"Bagaimana agar aku bisa sukses diusia muda?"
"Bagaimana cara mengubah keadaanku menjadi lebih baik?"

Tentu sederetan pertanyaan yang ketika dijawab, membuat kita jadi lebih baik.

PERTANYAAN dapat dipakai untuk lebih membumikan alias menambah daya cengkram dan peluang untuk MEWUJUD.

"Bagaimana caranya supaya aku punya uang lebih?"
"Bagaimana caranya supaya aku lebih langsing?"

Tentu punya pengaruh berbeda dengan..

"Bagaimana caranya supaya aku mendapat tambahan penghasilan Rp. 10 jt perbulan?"
"Bagaiman caranya supaya berat badanku berkurang 3 kg bulan ini?"

Selain itu, ternyata PERTANYAAN punya sebuah aturan yang unik : Siapa yang bertanya, ia yang memegang kendali.

Sebagian besar dari kita tentu ingat saat2 dimana kita mempertanggungjawabkan skripsi atau thesis atau karya ilmiah dihadapan team penguji. Siapa yang bertanya? Siapa yang memegang kendali?

Atau ketika dalam sebuah peristiwa pengusutan, baik di meja hijau atau dimanapun. Siapa yang bertanya? Siapa yang memegang kendali?

Sehingga otomatis akan terlihat demikian lucu jika seorang marketer terus berbicara tanpa henti (sambil merasa pandai) atau sibuk menjawab pertanyaan2 prospek..tanpa bisa balik bertanya (dengan cerdas) kepada prospeknya. Padahal dia yang bertanya memegang KENDALI. 

Tidak percaya? 
Silakan coba dan RASAKAN sendiri akibat dahsyat pertanyaan-pertanyaan Anda ;)

(*)

Sales Tips-Libur Telah Tiba

Pak Anto seorang supir mobil angkot sangat bersemangat dalam mengejar setoran. Saking semangatnya kadang ia memaksa mobilnya hingga berlebihan diluar ambang batas kewajaran.

Namun ironisnya setelah beberapa tahun hal ini berlangsung mobil angkotnya menjadi rusak parah, harus masuk bengkel dan memakan biaya yang sangat besar.Selain itu pak Anto jadi tidak bisa narik mobil dlm waktu yang cukup lama.

Sama seperti pak Anto, banyak dari Sales yang bekerja keras mengejar target bahkan hingga sering pulang larut malam. Akibatnya seringkali lupa untuk beristirahat, jaga kesehatan dan kurang waktu untuk keluarga.

Kalau hal ini terus berlanjut dalam waktu 2-3 tahun ke depan kira2 apa yang akan terjadi? Pastinya kesehatan akan menurun dan bukan tidak mungkin hub anda dan anak-anak menjadi kurang "dekat" karena tidak adanya waktu yang anda sediakan buat mereka.

Anda tentunya tak ingin hal ini terjadi. Mencapai target itu penting tapi menjaga kesehatan dan keluarga juga tidak kalah pentingnya.

Jadi tidak ada salahnya satu waktu anda mengambil cuti untuk pergi berlibur bersama keluarga. Selain bagus untuk hubungan anda dengan anak, liburan juga bagus untuk menghilangkan kepenatan dalam bekerja.

Jadi yuk nikmati liburan bersama keluarga.

Note : Tulisan ini ada dibuku “Setiap Orang Sales Harus Punya Mindset dan Attitude Juara ini!” halaman 86